….Seperti
yang bilang ditulisan saya sebelumnya, bahwa Ramadhan tahun ini terasa sangat
berbeda. Karena bulan November 2015 kemarin saya kehilangan Opa saya, yaitu
orang yang cukup berarti dihidup saya. Opa bukan hanya sekedar kakek bagi saya
tetapi dia sudah seperti ayah saya, karena saya dari kecil tinggal bersama Opa
dan Oma, tapi Oma sudah pergi meninggalkan kami semua sejak 2006 dan tidak lama
dari itu Opa menikah lagi dengan seorang nenek. Nenek baru ini juga sangat
baik, sehingga sayapun juga sayang dengan Nenek baru ini.
Dari kecil saya tinggal satu rumah
bersama Mama, Opa, Oma, kemudian diganti oleh Nenek. Mungkin ada yang bertanya,
kemana Papa saya? Papa saya ada kok di rumahnya hehe, jadi Papa dan Mama saya
sudah bercerai dari tahun 2003, semenjak itu saya dan Mama tinggal bersama Opa
dan Oma. Rumah yang kami tempati terasa ramai, karena seperti yang saya bilang
di rumah itu ada saya, Mama, Opa, dan Oma/Nenek. Tetapi sudah hampir satu tahun
ini Opa memilih menetap di kampung halamannya Tasikmalaya. Katanya ia ingin
menghabiskan masa tuanya disana karena disana lebih tenang tidak bising seperti
di Jakarta. Rumah pun terasa sepi semenjak Opa memilih tinggal di Tasik, yaa walaupun
beberapa bulan sekali Opa ke Jakarta untuk mengunjungi saya dan Mama. Tak
apalah, setidaknya masih bisa bertemu Opa walaupun terkadang saya dan Mama yang
harus ke Tasik.
Salah satu foto bareng Opa saat lagi nganterin Opa checkup dan Opa nya ketiduran saat lagi nunggu antrian :”)
Opa dan Nenek saat pergi Haji
Tanggal 10 November 2015, saat itu
hari selasa dan saya sedang di kampus ingin UTS. Tiba-tiba saya mendapatkan
telp dari Om saya yaitu kakak iparnya Mama, dia bilang kalau Opa sudah
meninggal dunia. Haruskah saya mendengar berita ini? Seketika itu juga semua
terasa hening, saya tidak percaya Opa begitu cepat meninggalkan kami semua.
Airmata ini jatuh dengan isak tangis yang tidak bisa saya bendung lagi. Semua pelajaran
yang saya sudah pelajari untuk materi UTS saat itupun buyar, dan entahlah saya
mengisi apa dilembar jawaban UTS itu, yang saya fikirkan hanya ingin pulang dan
ke Tasik untuk melihat Opa.
Jadi beberapa hari sebelum tanggal
10 memang Opa sudah dirawat di RS karena sesak nafas, Nenek memberi kabar ke
Mama tentang keadaan Opa. Nenek bilang tidak parah jadi tidak usah ke Tasik
tidak apa-apa, tapi beberapa hari dirawat tiba-tiba Nenek minta Mama untuk segera
ke Tasik karena kondisi Opa yang semakin menghawatirkan. Pagi itu tanggal 10
Nov memang mama sudah mau ke Tasik untuk menjenguk Opa tetapi saya tidak ikut
karena masih harus UTS. Saya pamit ke Mama untuk pergi kuliah, tetapi seperti
yang saya bilang diatas, sesampainya saya di kampus saya mendapat telp dari Om
saya mengenai berita duka tersebut.
Selesai UTS saya dan Papa langsung
menyusul Mama ke Tasik, saya bersikeras ingin melihat Opa untuk yang terakhir
kalinya walaupun besok masih ada UTS. Tenyata saya telat, saya sampai sudah
sangat malam dan……… lagi-lagi saya tidak bisa melihat orang yang saya sayang
untuk yang terakhir kalinya. Sedih, kesal, kecewa, marah, semuanya jadi satu.
Sayapun hanya bisa menangis dan marah kepada keluarga yang lain, kenapa tidak
menunggu saya tiba. Tetapi Mama saya menjelaskan dalam Islam sebaiknya mayat
harus segera dikuburkan karena kasihan dengan simayat. Saat itu apapun
alasannya saya tidak perduli, saya masih kesal karena tidak bisa melihat Opa
untuk yang terakhir kalinya. Esok
paginya, sayapun kemakam Opa untuk mendoakan Opa langsung ditempat
peristirahatan terakhirnya yang bersebelahan dengan tempat peristirahatan
teakhir Oma dan Uyut (Ibu dari Oma). Lalu airmata inipun turun lagi bahkan
lebih deras dari sebelumnya.
Sungguh Ramadhan tahun ini terasa
sangat berbeda sekali, semua terasa sepi cuma ada aku dan Mama L… biasanya setiap tahun saya dan
Mama mudik ke Tasik, tapi ntahlah tahun ini saya dan Mama mudik ke Tasik atau
tidak, karena sudah tidak ada yang bisa dikunjungi lagi disana. Yang biasanya
setiap malam takbiran kita semua sudah berkumpul bersama dan paginya kita
sholat Ied bersama, lalu sepulang sholat Ied anak hingga cicit Opa sungkeman ke
Opa meminta maaf dan didoakan oleh Opa agar anak hingga cicitnya selalu dalam
lindungan Allah.
Maaf
saya tidak mencertiakan Oma saya bukan karena saya tidak sayang dengan Oma
saya, tetapi saat Oma meninggal saya masih kecil kira-kira kelas 6 SD. Saat itu
saya belum banyak mengerti dan sudah lupa kenangan bersama Oma. Tapi bukan
berarti saya tidak sayang dengan Oma saya. Dan juga bukan saya tidak sayang
dengan Engkong dan Emak (Kakek Nenek dari Papa), tetapi meninggalnya Engkong
juga saat saya masih kecil dan untuk Emak, saya tidak satu rumah dengan Emak
jadi hanya mengunjungi Emak sesekali dan karena itu saya tidak punya kenangan
banyak dengan Emak. Tapi bagaimana pun juga saya sangat sayang dengan Opa, Oma
dan juga dengan Engkong, Emak. Mereka adalah Kakek Nenek yang luar biasa.
Pesan
saya untuk Opa:
Opa…
Nia rindu Opa, maafin Nia yang belum bisa jadi cucu kebanggaan Opa, maafin Nia
yang dulu suka ngelawan Opa, maafin Nia belum bisa bahagiain Opa. Makasih untuk
semuanya, Opa bukan sekedar kakek untuk Nia, tetapi Opa sudah seperti Papa Nia
yang selalu ada disaat Nia butuh. Makasih untuk didikan Opa yang keras selama
ini, sekarang Nia ngerti semua nasihat Opa itu untuk kebaikan Nia. Opa yang
tenang ya disana, InshaAllah Nia gak akan kecewain Opa, inshaAllah Nia akan selalu
doain Opa, Oma, Engkong, Emak dan Aulia disetiap sholat Nia.
Doa ku kepada Allah untuk mereka
(Opa, Oma, Aulia, Engkong, dan Emak):
Aku rindu
mereka yaAllah, jaga mereka, aku rindu suasana keluarga besar seperti dulu,
sayangi mereka, terangkan kubur mereka dan mudahkan jalan mereka untuk menuju
surgaMu, jauhkan mereka dari siksa kubur dan siksa api neraka, hapuskan dan
ampuni dosa mereka, titip salam sayang ini dan titip salam rindu ini untuk
mereka. Pertemukan kita semua nanti disurgaMu ya Allah.. amin…
Sampai bertemu di surganya Allah
nanti ya Opa.. Oma.. Engkong, Emak dan Aulia.
Salam rindu…
-NIA-
Komentar
Posting Komentar